Pembelian Helikopter AW 101 Untuk Tingkatkan Profesionalisme Penerbang

Jakarta - Pembelian Helikopter AW 101 Untuk Tingkatkan Profesionalisme Penerbang. Kasau Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan, modernisasi Alutsista TNI AU muaranya adalah untuk meningkatkan profesionalisme penerbang TNI AU. Oleh karena itu, setiap pembelian pesawat harus pada pilihan teknologi yang terbaru dan lengkap, tidak terkecuali dalam pembelian Helikoptetr AW-101.  Kasau menyatakan hal itu dalam keterangan persnya  terkait polemik pengadaan pesawat helikopter pabrikan Itali dan Inggris Agusta Westland AW 101 di Baseops Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.

Kasau minta agar pembelian helikopter AW-101 oleh TNI AU jangan dikaitkan dengan permintaan Presiden. Ini murni sesuai pagu anggaran yang sudah masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI AU 2015 – 2019.   Selain itu, pemilihan helikopter AW -101 yang rencananya akan memperkuat Skadron Udara VVIP/VIP 45 TNI AU itu sudah melalui proses pengkajian yang mendalam dari satuan bawah hingga ke Mabes TNI.


“Ini jangan dipolitisasi yang menyatakan untuk Presiden, tapi  ini adalah rencana strategis TNI Angkatan Udara.  TNI AU akan membeli tiga helikopter VVIP. Pembelian tiga helikopter VVIP ini tercantum dalam rencana strategis TNI AnU 2015-2019. Helikopter AW101 memiliki standar pengamanan modern, seperti perahu karet dan sarana bantalan udara yang mengembang layaknya air bag (kantong udara) saat terjadi benturan” ujar Kasau.

Dikatakannya juga,  TNI AU telah menjatuhkan pilihan kepada Helikopter AW 101, antara lain,  bahwa pesawat ini memiliki kabin yang tinggi yakni lebih dari  180 sentimeter, selain itu pesawat ini memiliki tiga engine sehingga lebih aman dalam penerbangan.

Kasau mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi fokus utama Rencana Strategis TNI AU 2015-2019 yaitu Pengganti F-5E/F Tiger II di Skadron Udara TNI AU 14, yang diproyeksikan pada dua kandidat utama, yaitu Sukhoi Su-35 Super Flanker buatan Rusia, dan F-16 Viper buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat. Yang pertama bermesin dua, dan yang kedua bermesin tunggal.

“Saya menginginkan pembelian pesawat yang benar-benar gres/baru dan lengkap pula dengan pensenjataan dan sistem avioniknya” jelas kasau.

Pemutakhiran armada pesawat angkut berat sekelas C-130 Hercules juga sedangdilakukan TNI AU. Sejauh ini ada dua skuadron udara TNI AU yang mengoperasikan pesawat militer di kelas ini, yaitu Skadron Udara 31 (Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta), dan Skadron Udara 32 (Pangkalan Udara Utama TNI AU Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur).  Disepakati yang akan dihadirkan adalah C-130H Hercules, karena C-130B Hercules (bodi pendek), sudah tidak mumpuni dari sisi performansi, keandalan, dan teknologi. C-130Hercules serie H dipilih karena tipe ini terbukti andal dan populasinya masih sangat banyak di dunia. Adapun Embraer dari Brazil sempat mencoba peruntungan, sebagaimana A400M dari Airbus Industry, ujarnya.

Selanjutnya, pemutakhiran pesawat latih jet T-50i dari Korea Aerospace Industry, Korea Selatan, dengan  melengkapi T-50i Golden Eagleitu dengan radar dan sistem persenjataannya. Selama ini belum ada, kata dia, T-50i Golden Eagle yang datang pada 2013 itu belum bisa dikategorikan sebagai pesawat tempur taktis. Penambahan pesawat latih dasar Grob G-120TP dari Jerman, penambahan KT-1B Wong Bee, buatan Korea Aerospace Industry, Korea Selatan juga menjadi rencana strategis TNI AU.

Kasau meminta kepada banyak pihak untuk percaya pada institusi Angkatan Udara yang dipimpinnya dalam mengeluarkan kebijakan terkait upgrading alutsista. Langkah kebijakan yang diambil semata-mata adalah untuk peningkatan profesionalisme prajurit TNI AU, kata Kasau.

Related

Tokoh 484275699989309012
jasa-ekspedisi
Ajang Berita

Hubungi kami

Nama

Email *

Pesan *

Jumlah Pengunjung

item