Peluang Pengembangan Prasarana di Wilayah Lintas Batas

Jakarta - Peluang Pengembangan Prasarana di Wilayah Lintas Batas. Kota-kota dengan skala kecil dan menengah di Indonesia pada umumnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Beberapa hal menjadi penyebab pertumbuhan dan perkembangan kota tersebut seperti peningkatan jumlah penduduk, terciptanya lapangan kerja, dan terbangunnya sarana dan prasarana perkotaan. Namun diantara faktor-faktor yang bersifat umum tersebut ada sebuah hal yang khas yang menjadi penyebab perkembangan sebuah kota dengan skala kecil ataupun menengah. Sesuatu yang khas tersebut adalah keberadaan atau posisi kota kecil yang menjadi penghubung kota-kota lain yang lebih maju dan memiliki aktifitas perkotaan yang lebih tinggi.

Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan adalah wilayah-wilayah yang saling berbatasan. Ketiga wilayah tersebut menjadi penghubung utama kota-kota besar seperti: Surabaya, Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Ketiga wilayah tersebut menjadi jalur utama yang dilalui oleh angkutan umum antar kota dan antar provinsi. Akibatnya disepanjang jalur tersebut menjadi ramai dan berkembang aktivitas perekonomian warga. Diantara wilayah-wilayah yang srategis dan saling berbatasan tersebut terbangun sebuah prasasrana publik yaitu Terminal Bis Maospati yang sebenarnya sangat potensial untuk dikembangkan. Terminal Maospati adalah sebuah terminal bus yang berada di Jalan Raya Maospati. 

Terminal Maospati
Maospati adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Maospati merupakan kecamatan yang menjadi pertemuan jalur dari 3 kabupaten yaitu Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi. Karena posisinya yang sangat strategis maka seharusnya terminal bis ini bisa menjadi pilihan utama bagi warga di sekitar wilayah yang berbatasan. Kita bisa menilai potensi pengembangan terminal bis ini dengan menilik kepada apa yang dimiliki oleh daerah-daerah yang mengelilingi terminal bis ini. 


Kabupaten Magetan misalnya merupakan daerah yang memiliki wisata alam yang sangat terkenal yaitu Telaga Sarangan. Wisata ini selalu dipadati pengunjung terutama saat hari libur. Namun jika diperhatikan semua pengunjung tempat wisata menggunakan kendaraan pribadi, sehingga tempat wisata menjadi padat dan tidak nyaman. Sementara itu Kabupaten Madiun merupakan akses utama menuju Kota Madiun. Kota dengan skala menengah ini semakin menunjukkan perkembangannya sebagai kota industri dan perdagangan. 

Perkembanannya ditandai dengan semakin banyak berdiri pusat-pusat perbelanjaan dan hotel-hotel berbintang. Terakhir adalah Kabupaten Ngawi. Daerah dengan komoditas utama di sektor pertanian. Memiliki produksi padi yang tinggi serta sebagian besar masyarakatnya bertani.Terminal Maospati bisa dikembangkan menjadi sebuah prasarana dengan skala yang lebih besar dan memiliki peran yang sangat penting bagi pelayanan publik dan peningkatan perekonomian masyarakat sekitar mengingat letaknya yang sangat ideal dan strategis bagi lintas batas antar wilyah.

Kondisi saat ini menunjukkan situasi yang jauh dari ideal. Luas terminal maospati kurang lebih 5000 meter persegi dan hanya bisa menampung 25 bis antar kota antar provinsi. Ruang tunggu kurang baik dan tidak cukup memadai terutama jika jumlah penumpang meningkat pada saat hari libur. Jumlah pengguna jasa di terminal bis ini sedikit dan keberadaan terminal tidak memberikan efek signifikan bagi aktifitas perekonomian dilingkungan sekitarnya. Pada akhirnya Terminal Maospati hanya menjadi persinggahan bis untuk mobilitas penumpang, tetapi kurang bisa memberikan pelayanan publik yang maksimal serta kurang memberikan dampak social ekonomi masyarakat sekitar Terminal Maospati. Jika melihat potensi Terminal Maospati terkait posisinya yang ideal untuk lintas batas wilayah serta sumber daya daerah-daerah yang mengelilingi terminal ini, maka pemerintah setempat sebaiknya bijak melihat peluang. Terminal Maospati bisa dikembangkan lebih luas lagi dan akan berpengaruh pada sektor-sektor lainnya, sehingga tidak hanya sekedar sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat tetapi juga mampu dengan signifikan menambah pendapatan daerah-daerah disekitarnya. 

Salah satu kebijakan pembangunan di wilayah-wilayah yang saling berbatasan adalah dengan melakukan kerjasama antar daerah. Kerjasama ini dilaksanakan dengan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Contoh model kerjasama antar daerah ini bisa kita lihat di daerah Yogyakarta-Sleman-Bantul (Kartamantul). Pemerintah setempat membentuk Unit Sekretariat Kartamantul untuk urusan pengolahan sampah dan limbah terpadu bagi ketiga wilayah tersebut.Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, dan sebagian Kabupaten Ngawi adalah wilayah-wilayah yang secara geografis dan administratif masuk ke dalam Provinsi Jawa Timur. Sebagai induk, Pemerintah Provinsi Jawa Timur bisa memfasilitasi kerjasama antar daerah tersebut dengan membentuk unit pengelolaan bersama Terminal Maospati yang dituangkan dalam betuk regulasi maupun surat keputusan. Kerjasama tersebut meliputi bidang pembiayaan, personil pengelola, penyusunan program pengembangan, dan pembagian keuntungan pengelolaan Terminal Maospati. 

Kerjasama tersebut dituangkan dalam sebuah MoU serta dilaksanakan selama lima tahun dan dapat diperpanjang. Jika sudah terjadi kerjasama, maka langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan fisik Terminal Maospati. Pengembangan fisik diantaranya dengan perluasan area terminal, memperbaiki MCK, menyediakan ruang tunggu yang baik dengan fasilitas internet gratis, menyediakantempat sampah ramah lingkungan, dan menyediakan ruang bagi para pedagang kecil untuk berjualan. 

Pengelola terminal bisa membuat regulasi bagi para pedagang untuk menjual produk-produk khas dari ketiga daerah tersebut dengan tujuan mengangkat potensi daerah dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar terminal. Setelah perbaikan fisik terminal, langkah strategis berikutnya adalah dengan pengadaan moda transportasi skala antar kota khusus di Terminal Maospati yang terintegrasi dengan lokasi-lokasi strategis yang ada di ketiga daerah tersebut. Lokasi-lokasi strategis tersebut seperti pasar, tempat wisata, pusat perbelanjaan, dan lain-lain. Angkutan umum tersebut sebaiknya melalui rute-rute yang selama ini belum pernah dilewati dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan. Semakin berkembang sebuah kota maka mobilitas masyarakat akan semakin tinggi sehingga dibutuhkan pelayanan transportasi yang lebih luas. 

Terakhir keberadaan Terminal Maospati ini bisa menjadi prasarana bagi ketiga daerah tersebut untuk mempromosikan potensi di daerah masing-masing seperti tempat wisata, museum, sentra perdagangan, dan lain-lain. Pengelola bisa menyediakan stan informasi tempat-tempat wisata sekaligus menyediakan angkutan khusus ke tempat-tempat tersebut.Strategi pengembangan prasarana di lintas batas wilayah tersebut secara signifikan akan menghadirkan keuntungan bagi pengelola terminal selain keuntungan-keuntungan lain yang didapat sebagai efek perkembangan terminal. Pembagian keuntungan dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam MoU. 

Contoh kerjasama antar daerah dalam pengelolaan terminal yang menguntungkan bisa kita lihat dalam pengelolaan Teminal Purabaya (Surabaya-Sidoarjo) dan Terminal Landung Sari (Kota Malang-Kabupaten Malang). Surabaya dan Sidoarjo telah menyepakati porsi pembagian keuntungan dalam 10 tahun pertama dan 10 tahun berikutnya dengan besaran yang berbeda. Sementara itu dalam pengelolaan Terminal Landung Sari, Kota Malang mendapat 40% dari keuntungan, Kabupaten Malang 40%, sisa 20% digunakan untuk keperluan operasional terminal.

Pada akhirnya konsep kerjasama antar daerah dalam mengembangkan Terminal Maospati hanya akan berjalan dengan baik jika manajemen pengelola menerapkan prinsip-prinsip kerjasama antar daerah. Prinsip-prinsip kerjasama antar daerah antara lain: transparasi, akuntabilitas, partisipatif, efisiensi, efektifitas, consensus, dan saling menguntungkan. Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi sebagai wilayah yang berbatasan memiliki modal yang besar untuk melakukan kerjasama antar daerah. Selain saling membutuhkan ketiga daerah tersebut memiliki hubungan yang harmonis terbebas dari konflik, sehingga kesepakatan dan kerjasama bisa terwujud. Oleh: Adhe Hersa, Fendy Tri Buanawan, Grandy Loranessa  (Mahasiswa Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro)

Related

Peristiwa 2689333244024639662
jasa-ekspedisi
Ajang Berita

Hubungi kami

Nama

Email *

Pesan *

Jumlah Pengunjung

item