Masuki Hari Terakhir IFEX 2016 Masih di Ramaikan Pembeli

Jakarta - Masuki Hari Terakhir IFEX 2016 Masih di Ramaikan Pembeli. Pameran Indonesia International  rea pameran masih tetap diramaikan oleh buyers. Apresiasi terhadap IFEX dinyatakan oleh buyers dan para pemenang Indonesia Furniture and Craft Buyers Appreciation Award (BAA) 2016 yang merupakan buyers dari Amerika, Eropa, dan Jepang.
Christian Rohrbach, Wakil Presiden Merchandising A-Amerika, menyatakan secara keseluruhan pameran ini sangat menarik. Begitu pula Masami Yamamoto, Executive Vice President & COO Yamazen yang mengungkapkan bahwa Yamazen berkomitmen untuk mempertahankan dan memperkuat kemitraan bisnis yang besar dengan Indonesia, terutama untuk furnitur rotan. Sementara Mark Dowd, Manajer Pengembangan Bisnis Textile IKEA, mengatakan IKEA akan terus memperluas kemitraan dengan  perusahaan yang memiliki model bisnis yang cocok dengan model bisnis IKEA di Indonesia.

Pengurus AMKRI pada press conference penutupan IFEX.
 Selain dari Amerika, produk mebel Indonesia juga mendapat tanggapan positif dari para buyer Australia. “Indonesia memiliki berbagai produk unik yang memiliki perbedaan di setiap daerah dengan desain menarik dan bahan baku berkualitas,” tutur Terry, buyers dari Australia.
Apresiasi positif terhadap IFEX juga dinyatakan para eksibitor yang berpartisipasi pada IFEX tahun ini. Carol Connors, dari Sunbrella USA, menyatakan bahwa pada pameran tahun ini mereka lebih sibuk dibanding tahun lalu dan penyelenggaraannya terlihat lebih baik dari tahun lalu. “Kami memperkirakan pengunjung di Indonesia ini lebih banyak dari pameran mebel sejenis di Singapura,”ujarnya.
“IFEX 2016 ini lebih baik dari IFEX tahun lalu. Buyer yang datang pada IFEX sekarang adalah buyers yang berkualitas. Mereka adalah buyers lama yang datang kembali ke Indonesia. Pada hari kedua, saya mendapatkan order 20 kontainer,” tutur Frans Ronald Tambunan dari PT Khavindo Mebel Indonesia yang memamerkan  mebel rotan.
Laily Maulidya dari Famous International Furniture, Yogyakarta, mengatakan bahwa IFEX memberikan kesempatan bagi industri kecil menengah untuk eksis di industri mebel internasional, bertemu pembeli baru, dan mengeksplorasi inspirasi dari peserta pameran lainnya terutama dalam hal merancang produk. "Booth saya dikunjungi sekitar 10-15 pengunjung per hari, yang mengumpulkan sekitar 3-4 pembeli potensial," katanya. 
Pameran IFEX 2016 mendapatkan perhatian yang cukup besar dari para buyers. Hal ini mencerminkan besarnya perhatian publik bagi penyelenggaraan IFEX. “Kami melihat antusiasme buyers cukup tinggi terhadap pameran ini. Berdasarkan catatan kami, sampai dengan siang ini IFEX 2016 telah berhasil menarik lebih dari 9000 buyers, sedangkan tahun lalu 8596 buyer,” ujar Daswar Marpaung, Direktur Dyandra Promosindo.

​Terkait nilai transaksi yang berhasil dicatatkan, sampai dengan siang ini jumlah transaksi yang berhasil diraih IFEX 2016 mencapai US$325 juta. Jumlah ini meningkat dibanding transaksi tahun lalu yang mencapai US$270 juta. Jumlah peserta IFEX 2016 sebanyak 512 perusahaan, sementara untuk tahun lalu 470 perusahaan. Untuk lahan yang digunakan, pada tahun lalu 50,000 sqm, tahun 2016 ini luasnya mencapai 60,000 sqm.
Tema IFEX tahun ini adalah “The Essence of Infinite Innovation” yang dimaksudkan mengangkat pentingnya inovasi dan kreativitas dalam industri mebel dan kerajinan yang tiada henti, guna menghasilkan karya-karya kreatif dengan inspirasi budaya lokal serta dapat menyesuaikan selera pasar dalam maupun luar negeri.
Melalui tema ini, AMKRI ingin mendorong pelaku industri ini untuk terus meningkatkan inovasi dan kreativitas sehingga dapat menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki nilai tambah optimal dan dapat menjadi market leader di pasar global. Di sisi lain, akan terbangun citra positif di tingkat internasional bahwa Indonesia adalah negara penghasil produk mebel dan kerajinan terbaik di dunia.
Mengingat hari terakhir IFEX mulai dibuka untuk umum, panitia memperkirakan jumlah pengunjung lokal akan lebih banyak. “IFEX adalah pameran untuk seluruh pemangku kepentingan di bidang mebel dan kerajinan di Indonesia, termasuk masyarakat luas. Inilah salah satu alasan mengapa pada hari terakhir ini kami mempersilakan publik untuk menikmati IFEX 2016,” ujar Rudi Halim, Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI).
Publik sebagai salah satu pemangku kepentingan industri mebel memiliki kemampuan untuk menciptakan atau mendorong tren di industri ini. Untuk mampu bertahan, industri harus mampu mengikuti tren yang sedang terjadi di industri mebel lokal dan global. Kemampuan industri untuk menghadirkan produk-produk dengan desain terbaru dan inovatif sangat berperan dalam menarik buyers. AMKRI optimis industri ini akan mampu terus berkembang di tahun-tahun mendatang. Untuk mendukung pertumbuhan tersebut, industri furnitur dan kerajinan nasional perlu mengamankan sumber daya utama mereka seperti para perajin, desainer, serta material utama industri tersebut.
Gerakan Menanam Pohon

Sebagai bagian dari upaya untuk mengamankan sumber daya material industri furnitur, AMKRI menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDASPS), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, yang memiliki program penanaman pohon di hutan rakyat. Kegiatan ini dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. BPDASPS Kemenhut, ikut ambil bagian pada IFEX tahun ini agar bisa menyebarluaskan informasi mengenai program penanaman pohon di atas.

Kepala BPDASPS Lampung, Muswir Ayub, menyatakan di Lampung sendiri pemerintah telah berhasil melakukan penyemaian 3,5 juta batang pohon melalui program Kebun Bibit Rakyat (KBR). Dengan mengelola KBR, pemerintah tidak melakukan penebangan pohon atau kayu dari hutan alam. BPDASPS Lampung juga mengembangkan penggunaan Mesin Semai Cetak (MSC) yang memungkinkan penyemaian pohon tanpa menggunakan polybag. Penggunaan MSC juga lebih efektif dan efisien karena satu orang bisa membawa 2000 bibit pohon ke masyarakat sementara dengan polybag bibit pohon yang bisa dibawa hanya 1000 bibit.

Dengan teknologi ini, bibit bisa langsung ditanam di lahan masyarakat. “Kami memiliki 50 jenis bibit yang kami berikan secara gratis kepada masyarakat. Untuk memastikan pertumbuhan pohon yang optimal, kami juga melakukan pendampingan sejak masa pembibitan hingga masa panen pohon tersebut,” ujar Muswir Ayub. Terkait industri furnitur, ia menyatakan bahwa mereka siap menanam pohon yang diperlukan untuk industri.

“Tujuan utama kami adalah mengajak masyarakat untuk menanam berbagai macam pohon. Apabila nanti pohon yang mereka tanam bisa diserap oleh industri, itu hanya sebagai efek ekonomi dan sosial dari kegiatan KBR ini saja,” ujar Idi Bantara, Kepala Seksi Kelembagaan Balai Pengelolaan DAS, WSS, Lampung.

Masyarakat pun selama ini cukup antusias untuk melakukan penanaman menggunakan sistem KBR ini. “Apabila memang ada kesepahaman antara industri dan petani, ini akan sangat bagus sekali,” ujar Idi.

Idi Bantara juga menegaskan bahwa kayu untuk industri murni merupakan hasil tanam oleh rakyat dan bukan hasil penebangan di hutan alam.

Potensi kerjasama antara industri dengan para petani pohon kebun bibit rakyat akan sangat menguntungkan kedua belah pihak. Setiap tahun industri ini membutuhkan sumber daya material yang terus meningkat. Program KBR ini tentu merupakan program yang sangat baik yang bisa memberikan kepastian bahan baku bagi industri. AMKRI siap menyerap 25 persen hasil panen petani untuk digunakan oleh industri furnitur dan kerajinan. Pohon-pohon yang dijadikan bahan baku industri selama ini merupakan pohon hasil tanaman rakyat dan bukan pohon dari hutan alam. 

Related

Peristiwa 5720723807344240968
jasa-ekspedisi
Ajang Berita

Hubungi kami

Nama

Email *

Pesan *

Jumlah Pengunjung

item