Sertu Sapran Hasibuan, Potret Babinsa Teladan dari Koramil 04/Cengkareng
https://www.jakartaforum.web.id/2016/09/sertu-sapran-hasibuan-potret-babinsa.html
Jakarta -Sertu Sapran Hasibuan, Potret Babinsa Teladan dari Koramil 04/Cengkareng. Azan Subuh berkumandang, padahal baru saja Sertu Sapran Hasibuan (39) memejamkan matanya setelah seharian berkeliling menyapa warga. Dia pun bergegas memakai baju koko, sarung dan tak luput kopiah menuju masjid yang tak jauh dari kediamannya di Jalan Pedongkelan Raya Rt.03/13, Cengkareng Timur, Cengkareng, Jakarta Barat.
Tanpa dikomando, sang istri Nurmala Andayani (35) dan kedua anaknya Muhammad Yusuf Hasibuan (11) dan Muhammad Vasyah Hasibuan (7) pun bergegas mengikuti jejak langkah dirinya menuju Masjid. Bersama masyarakat lain, masjid yang tadinya sepi mendadak ramai dikunjungi masyarakat yang juga hendak menunaikan shalat Subuh.
Tanpa dikomando, sang istri Nurmala Andayani (35) dan kedua anaknya Muhammad Yusuf Hasibuan (11) dan Muhammad Vasyah Hasibuan (7) pun bergegas mengikuti jejak langkah dirinya menuju Masjid. Bersama masyarakat lain, masjid yang tadinya sepi mendadak ramai dikunjungi masyarakat yang juga hendak menunaikan shalat Subuh.
Sertu Sapran Hasibuan beserta, istri, Nurmala Andayani (35) dan kedua anaknya Muhammad Yusuf Hasibuan (11) dan Muhammad Vasyah Hasibuan (7) |
Itulah rutinitas pagi keluarga seorang Bintara Pembangun Desa (Babinsa) 2 Koramil 04/Cengkareng yang bertugas di wilayah Kelurahan Cengkareng Timur, Cengkareng, Jakarta Barat dalam mengawali harinya. Lapas Subuh, sang istri menyiapkan sarapan, kedua anaknya besiap menuju sekolah dan Sapran yang gagah berseragam loreng TNI AD pun siap menjalankan tugasnya kembali.
"Agama menjadi tonggak kehidupan manusia.Siapa menuai benih, dia lah yang memanennya. Tentu, kita tanam benih yang baik," tuturnya. Selasa (6/9/2016).
Kepedulian Sesama Ciptakan Keamanan Kondusif
Setahun lebih Sapran dipercayai mengemban tugas sebagai Babinsa. Untuk orang awam, mungkin profesi ini kerap dipandang sebelah mata. Kebanyakan mereka berpikir tak ada tugas berat yang dilakukan seorang Babinsa.
Kenyataannya, Sapran selalu sibuk disetiap harinya. Dia habiskan hari-harinya itu bersama masyarakat. Bahkan, waktu berkumpul bersama keluarga pun bisa dihitung jari. Tugas utamanya menjaga keamanan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari lingkup lingkungan terkecil seperti RT dan RW.
"Babinsa bertugas mendeteksi dini jika akan terjadi gejolak masalah dimasyarakat. Serta membangun kehidupan masyarakat yang harmonis," ujarnya.
Bak 'Cowo Panggilan', dia tak pernah absen menghadiri undangan para tokoh masyarakat di lingkungannya. Deringan telpon dan pesan masul ke handphone miliknya pun tak pernah sepi.
"Kapan pun mereka menghubungi saya, pasti saya 'merapat'. Kehadiran kami (TNI) di masyarakat sangat dibutuhkan," paparnya dengan mimik serius.
Menurutnya, keamanan kondusif tercipta jika seluruh elemen masyarakat kompak. Mulai dari perangkat pemerintah, tokoh masyarakat, petugas keamanan (TNI-Polri) dan tentu masyarakat juga harus berkontribusi.
"Wilayah ini dekat dengan Kampung Ambon (Kampung Narkoba). Tapi benteng yang kita ciptakan kokoh. Seluruh elemen masyarakat menolak keras beredarnya barang haram itu ke wilayah kami," ungkapnya.
Disegani, bukan Ditakuti
Pengalaman menarik selama setahun lebih menjadi Babinsa banyak dialaminya. Salah satunya, saat dia mencoba menghilangkan kebiasaan mabuk para pemuda di wilayahnya.
Dia menceritakan, malam itu ada segerombolan pemuda yang sedang nongkrong dipinggir jalan. Aroma alkohol jelas terasa menyengat saat melewati tongkrongan itu. Sapran tak langsung memarahinya, justru dia memiliki trik tersendiri dalam menangani permasalahan ini.
"Saya dekati mereka. Pertama saya pastikan dahulu aroma alkohol dari jejeran gelas itu. Lalu, biar mereka sadar, saya perintahkan mereka push up, skot jump, dan lari ditempat. Lantas saya suruh mereka kembali ke rumahnya masing-masing. Sejak kejadian itu, tiap mereka melihat saya, mereka menjadi segan dan tak lagi meminum alkohol," jelasnya.
Cara humanis itu lah yang selalu diterapkannya dalam bertugas. Senyum dan sapa hangat tak pernah luput dilakukannya. Disisi lain, ketegasan pun terpampang jelas dari sikapnya konsekuen setiap mengambil keputusan.
"Sering warga meminta pendapat saya dalam mengambil keputusan. Intinya, kalau tujuannya baik maka saya setuju. Kalau itu menyimpang, jelas saya tak segan untuk mengatakan tidak setuju," ungkapnya sembari menyeruput secangkir air di meja.
Tokoh masyarakat diwilayahnya pun, Aminudin mengacungkan kedua jempol untuknya. Totalitasnya bekerja sebagai Babinsa sangat tinggi. Bahkan dia dipercaya sesekali untuk mengimami shalat berjamaah di masjid. Padahal, tak pernah ada seorangpun yang diamanatkan untuk menjadi imam itu selain tokoh masyarakat.
"Kami butuh sosok seperti dia. Kesupelannya memperhatikan keamanan wilayah sangat bermanfaat bagi kami," ungkapnya.
Senada hal itu, Lurah Cengkareng Timur Yuli Ardiansyah mengapresiasi kinerja Sapran. Dia tak pernah absen jika diamanatkan mendampinginya dalam berbagai kegiatan di wilayah. Tentu hal itu dapat menjadi contoh generasi muda.
"Justru masyarakat harus meneladaninya. Dia seorang TNI, tak selamanya dia bertugas di sini. Tapi, Sapran jelas memberikan contoh baik bagi masyarakat," ungkapnya.
Kegigihan dan doa Jadi Kunci Utama Sapran Menjadi Prajurit TNI
Sapran muda hanyalah seorang anak desa yang hidup serba pas-pasan. Di desa Sihubuan, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara, dia bersama keluarga menjalani hidup tentram. Cita-citanya menjadi seorang prajurit TNI diniatkannya sejak kecil. Harapannya dapat mengabdi pada negara serta dapat mengubah nasib keluarganya.
Sejak kecil dia berlatih fisik untuk dapat bergabung menjadi prajurit TNI. Kegemarannya berlari diaplikasikannya dalam berbagai event lomba maraton. Bukan untuk mencari juara, namun hanya mengetahui sejauh mana fisiknya pantas menjadi seorang prajurit.
"Lulus SMA, saya langsung daftar tamtama TNI AD. Alhamdulillah lulus dan menjalani pendidikan selama 4 bulan dan lulus pada Januari 1997," paparnya.
Selain bekal fisik dan materi pelajaran, Sapran pun membekali dirinya dengan ilmu agama yang kuat. Kehidupan keluarganya pun cukup agamis.
Berdoa dan berdoa,itu lah yang dilakukannya saat menunggu kepastian lulus. Semua keputusan dia serahkan pada sang illahi. Kekuatan spiritual itu lah yang diyakininya untuk dapat mengenakan pakaian dinas bercorak loreng.
"Suatu hari pernah saya membuat kaget hansip di desa. Saya shalat Tahajud di jalan. Itu dilakukan agar doa yang saya minta dapat langsung terdengar Allah SWT, tanpa ada penghalang atap rumah. Hansip itu kaget dan mengira saya malaikat," ungkapnya sambil tertawa.
Usianya memang tergolong muda dalam mengemban tugas sebagai Babinsa. Namun Sapran tak pernah sedikit pun berkecil hati. Justru dalam hati kecilnya,dia bertekad melakukan apapun demi menjaga kedaulatan negara. Menciptakan keamanan kondusif dan membangun wilayah bersama masyarakat tanpa kenal letih.(Dn/Jf)