Strategi Moeldoko Kelola Persepakbolaan Tanah Air

JakartaStrategi Moeldoko Kelola Persepakbolaan Tanah Air. Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko memiliki strategi jitu mengangkat prestasi persepakbolaan tanah air. Demikian hal itu ditegaskannya saat menggelar nonton bareng Indonesia vs Thailand (U19) bersama insan media di kediamannya kawasan Menteng Jakarta Pusat, (14/9) 

Menurutnya, kendala terbesar dari keterpurukan PSSI adalah belum dibangunnya aspek komunikasi yang harmonis antara Pemerintah dan PSSI. Selain itu, aspek kepemimpinan juga merupakan faktor lain yang juga harus dioptimalkan. 




"Dalam hal ini, PSSI harus memiliki pemimpin yang  mampu mengayomi. Jadi konteks leadership seorang pemimpin harus bisa mengayomi keseluruhannya. Pemimpin harus mampu menyejukkan seluruh elemen yang ada sehingga tidak ada lagi kelompok kelompok atau yang lainnya", ujarnya. 



Selain faktor kepemimpinan, Moeldoko juga menyinggung faktor lainnya seperti aspek politik yang masih mewarnai tubuh PSSI. "PSSI tidak boleh terkaitdengan politik. Jika nuansa politik ada dalam wadah persepakbolaan nasional, maka  PSSI akan jauh dari prestasi, tutur Moeldoko yang juga merupakan Calon Ketua Umum PSSI. 



Mantan Panglima TNI itu menambahkan, untuk memajukan PSSI kepentingan politik harus ditanggalkan. Semua pihak harus bahu membahu demi kejayaan sepakbola Indonesia. 



“Jadi semua harus merasa memiliki PSSI. Yang masih ingin menguasai PSSI perlu diluruskan langkahnya,” tegasnya saat menggelar silaturahmi dengan wartawan di kediamannya kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (14/09/2016) malam. 



Terkait pencalonannya sebagai calon Ketua Umum PSSI, dia menyatakan karena mendapat dukungan. ” Saya maju sebagai calon Ketua PSSI karena kita sudah didukung,” ujarnya berterus terang. 



Moeldoko pun mendukung dan percaya dengan Kongres Luar Biasa yang akan digelar  PSSI. “Saya mengikuti bagaimana panitia saja, dan kita  akan ikut,”terang mantan orang nomor satu TNI itu. 



Di sisi lain, dia  mengungkapkan pengalamannya saat memimpin sebuah lembaga. “Berdasarkan pengalaman saya bagaimana membangun itu adalah membangun emosinya dan yang ke dua merekatkan antara satu dan yang kedua dan yang ketiga muncul solidaritas,” tukasnya seraya menambahkan bahwa seorang pemimpin harus bisa mengayomi. (ef/w) 


Related

TNI 5211532701955307421
jasa-ekspedisi
Ajang Berita

Hubungi kami

Nama

Email *

Pesan *

Jumlah Pengunjung

item