Potensi Gempa dan Tsunami, Anak-anak SDN Kembang Belajar Bencana
https://www.jakartaforum.web.id/2016/10/potensi-gempa-dan-tsunami-anak-anak-sdn.html
Jakarta - Pacitan. Potensi Gempa dan Tsunami, Anak-anak SDN Kembang Belajar Bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyelenggarakan kegiatan edukasi bencana, khususnya gempabumi dan tsunami di SDN Kembang Pacitan, Jawa Timur (22/10).
Dalam pelaksanaan edukasi, fasilitator kegiatan memperkenalkan dampak gempabumi dan tsunami kepada murid murid melalui film pendek, hingga melakukan tanya jawab sambil memberikan kuis. Sebanyak 127 siswa kelas 1 sampai dengan 6 yang terbagi ke dalam dua kelas mengikuti dengan semangat.
SDN Kembang Pacitan, Jawa Timur |
Tidak hanya bagi murid, fasilitator juga memberikan pengetahuan yang sama kepada guru guru didampingi BNPB dan BPBD.
Dengan digelarnya pengetahuan tentang bencana alam gempa dan tsunami, fasilitator mengharapkan kesiapsiagaan murid dan guru terjaga. "Melalui edukasi bencana, guru mengetahui pengetahuan tentang gempabumi dan tsunami. Mereka juga diharapkan dapat membimbing anak didik ketika terjadi bencana," ungkap fasilitator kegiatan, Diana.
Di gelarnya edukasi di SDN Kembang merupakan rekomendasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bahwa SDN Kembang merupakan kawasan rawan bencana gempabumi dan tsunami.
SDN Kembang berjarak kurang 500 m dari pantai Pancer. Lokasi sekolah sangat berisiko karena akses tempat tinggi terdekat terhalang sungai. Edukasi terhadap anak-anak dan guru sekolah sangat mendesak diberikan kepada mereka. "Harapan bahwa anak-anak dan guru melek bencana, minimal tanda-tanda atau langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana," tambah Diana.
20-20-20
Sementara bagi masyarakat Pacitan, BPBD setempat menggalakkan jargon 20-20-20 yang bermakna 20 detik, 20 menit, 20 meter. Jargon mengindikasikan bila gempa terjadi lebih dari 20 detik, masyarakat memiliki waktu 20 menit untuk evakuasi ke tempat yang lebih tinggi lebih dari 20 meter. BPBD Pacitan dan mitra mengajak masyarakat untuk waspada dan mengingat jargon tersebut.
Edukasi pengetahuan kebencanaan juga dilakukan melalui pendekatan budaya. BNPB bekerjasama BPBD Pacitan menyelenggarakan pertunjukkan wayang kulit dengan tema 'Kenali Bahaya, Kurangi Risiko'. Pagelaran wayang kulit merupakan kesenian tradisional yang disukai banyak masyarakat dan dapat dijadikan media sosialisasi penanggulangan bencana yang efektif.
Catatan Sejarah
Terkait dengan potensi bencana di Pacitan, beberapa waktu lalu UPN Veteran Yogyakarta, Pusat Geoteknologi LIPI serta Universitas Birgham Young, Amerika Serikat melakukan penelitian tentang endapan tsunami purba dan peramalan tsunami.
Catatan sejarah gempabumi besar Pacitan pada 1859 dengan kekuatan 7,5 SR. Gempa saat itu menyebabkan tsunami kecil. Kemudian pada 1937 gempa berkekuatan 7,2 SR terjadi dengan intensitas guncangan gempa dirasakan VII - IX MMI sehingga menimbulkan banyak kerusakan. (ef/Jf)
Dengan digelarnya pengetahuan tentang bencana alam gempa dan tsunami, fasilitator mengharapkan kesiapsiagaan murid dan guru terjaga. "Melalui edukasi bencana, guru mengetahui pengetahuan tentang gempabumi dan tsunami. Mereka juga diharapkan dapat membimbing anak didik ketika terjadi bencana," ungkap fasilitator kegiatan, Diana.
Di gelarnya edukasi di SDN Kembang merupakan rekomendasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bahwa SDN Kembang merupakan kawasan rawan bencana gempabumi dan tsunami.
SDN Kembang berjarak kurang 500 m dari pantai Pancer. Lokasi sekolah sangat berisiko karena akses tempat tinggi terdekat terhalang sungai. Edukasi terhadap anak-anak dan guru sekolah sangat mendesak diberikan kepada mereka. "Harapan bahwa anak-anak dan guru melek bencana, minimal tanda-tanda atau langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana," tambah Diana.
20-20-20
Sementara bagi masyarakat Pacitan, BPBD setempat menggalakkan jargon 20-20-20 yang bermakna 20 detik, 20 menit, 20 meter. Jargon mengindikasikan bila gempa terjadi lebih dari 20 detik, masyarakat memiliki waktu 20 menit untuk evakuasi ke tempat yang lebih tinggi lebih dari 20 meter. BPBD Pacitan dan mitra mengajak masyarakat untuk waspada dan mengingat jargon tersebut.
Edukasi pengetahuan kebencanaan juga dilakukan melalui pendekatan budaya. BNPB bekerjasama BPBD Pacitan menyelenggarakan pertunjukkan wayang kulit dengan tema 'Kenali Bahaya, Kurangi Risiko'. Pagelaran wayang kulit merupakan kesenian tradisional yang disukai banyak masyarakat dan dapat dijadikan media sosialisasi penanggulangan bencana yang efektif.
Catatan Sejarah
Terkait dengan potensi bencana di Pacitan, beberapa waktu lalu UPN Veteran Yogyakarta, Pusat Geoteknologi LIPI serta Universitas Birgham Young, Amerika Serikat melakukan penelitian tentang endapan tsunami purba dan peramalan tsunami.
Catatan sejarah gempabumi besar Pacitan pada 1859 dengan kekuatan 7,5 SR. Gempa saat itu menyebabkan tsunami kecil. Kemudian pada 1937 gempa berkekuatan 7,2 SR terjadi dengan intensitas guncangan gempa dirasakan VII - IX MMI sehingga menimbulkan banyak kerusakan. (ef/Jf)