TNI AU Bidik C-27 SPARTAN Gantikan C-212 Aviocar
https://www.jakartaforum.web.id/2016/10/tni-au-bidik-c-27-spartan-gantikan-c.html
Jakarta - TNI AU Bidik C-27 SPARTAN Gantikan C-212 Aviocar. Seiring meningkatnya tuntutan tugas, khususnya dalam pelaksanaan operasi dukungan udara (Ops Dukud), baik untuk misi operasi militer perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP), TNI AU perlu dukungan kesiapan pesawat terbang yang tinggi. Penguatan Alusista merupakan salah satu rencana startegi TNI AU untuk mendukung negara Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Kepala staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriyatna mengatakan bahwa dengan kekuatan darat dan laut sebesar apapun, tidak mungkin gagasan Indonesia sebagai poros maritim dunia akan terwujud tanpa dibantu kekuatan udara yang handal. Untuk itu maka penentuan Alutsista TNI AU harus mengedepankan kemampuan yang handal sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas-tugas Angkatan Udara.
Salah satu fokus TNI AU dalam hal perkuatan Alutsistanya adalah penggantian pesawat C-212 Aviocar yang sudah dioperasionalkan Skadron udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh Malang selama 35 tahun. Misi Ops Dukud, khususnya yang dilaksanakan Skadron Udara 4 Lanud Abdulrakhman Saleh, Malang, seperti operasi dukungan udara, Operasi SAR terbatas, mendukung sekolah Navigator dan kursus pengenalan terbang pesawat angkut (KPTPA), saat ini menjadi tidak optimal, mengingat kesiapan pesawat C-212 Cassa Aviocar terus menurun. Keterbatasan suku cadang dan makin banyaknya spare part C-212 Aviocar yang sudah absolete, menjadikan tugas Skadron udara 4 makin berat, sehingga diperlukan pesawat pengganti yang berperformanya lebih tinggi.
Dari hasil kajian TNI AU terhadap tiga pesawat yaitu pesawat C-27 Spartan buatan Alenia Aeronautica Italia, pesawat CN-235 buatan PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) serta pesawat CN-295 buatan Airbus Military Spanyol yang dikerjasamakan dengan PT. DI, TNI AU menjatuhkan pilihan kepada pesawat C-27 J Spartan. Pesawat buatan Alenia Aeronautica Italia ini memliki performa yang sesuai dengan operational requirement (Opsreq) pesawat TNI AU, khususnya untuk misi Ops Dukud pesawat angkut sedang.
Pesawat ini mampu take off landing di unprepared surface dan di landasan pacu yang relatif pendek, dengan tetap berkemampuan membawa maximum load yang besar. Kemampuan ini cocok dengan kebutuhan misi TNI AU saat ini, dimana tugas-tugas Skadron Udara 4 sering ditujukan untuk misi pergeseran personel dan logistik ke daerah-daerah yang tidak memiliki tempat pendaratan pesawat dengan kontur yang khusus yang tidak mungkin didarati pesawat angkut berbadan lebar.
Rencana penggantian pesawat C-212 Cassa Aviocar TNI AU sudah melalui proses pengkajian oleh tim TNI AU, dan saat ini sedang dalam proses pengusulan ke Mabes TNI untuk selanjutnya akan dibahas dalam tim kecil di Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan Pemerintah. Pilihan pengganti C-212 Cassa Aviocar jatuh kepada pesawat buatan Italia C-27 J Spartan bukan berarti TNI AU tidak cinta produk dalam negeri. Sebenanya sudah sejak 2015 lalu TNI AU berharap kepada PTDI dapat memenuhi kebutuhan pesawat angkut sedang yang mampu menjawab tuntutan tugas Skadron Udara 4, tetapi dalam perkembangannya kurang mendapat respon yang proporsional dari industry pesawat terbang daam negeri. Padahal TNI AU perlu segera mendapat pengganti C-212 Cassa Aviocar karena tuntutan tugas yang demikian tinggi, maka pilihan pun jatuh kepada produk Italia.
Adapun perbandingan kemampuan antara pesawat C-27J Spartan, CN-235 dan C-295 adalah sebagai berikut:
Kepala staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriyatna mengatakan bahwa dengan kekuatan darat dan laut sebesar apapun, tidak mungkin gagasan Indonesia sebagai poros maritim dunia akan terwujud tanpa dibantu kekuatan udara yang handal. Untuk itu maka penentuan Alutsista TNI AU harus mengedepankan kemampuan yang handal sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas-tugas Angkatan Udara.
Salah satu fokus TNI AU dalam hal perkuatan Alutsistanya adalah penggantian pesawat C-212 Aviocar yang sudah dioperasionalkan Skadron udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh Malang selama 35 tahun. Misi Ops Dukud, khususnya yang dilaksanakan Skadron Udara 4 Lanud Abdulrakhman Saleh, Malang, seperti operasi dukungan udara, Operasi SAR terbatas, mendukung sekolah Navigator dan kursus pengenalan terbang pesawat angkut (KPTPA), saat ini menjadi tidak optimal, mengingat kesiapan pesawat C-212 Cassa Aviocar terus menurun. Keterbatasan suku cadang dan makin banyaknya spare part C-212 Aviocar yang sudah absolete, menjadikan tugas Skadron udara 4 makin berat, sehingga diperlukan pesawat pengganti yang berperformanya lebih tinggi.
Dari hasil kajian TNI AU terhadap tiga pesawat yaitu pesawat C-27 Spartan buatan Alenia Aeronautica Italia, pesawat CN-235 buatan PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) serta pesawat CN-295 buatan Airbus Military Spanyol yang dikerjasamakan dengan PT. DI, TNI AU menjatuhkan pilihan kepada pesawat C-27 J Spartan. Pesawat buatan Alenia Aeronautica Italia ini memliki performa yang sesuai dengan operational requirement (Opsreq) pesawat TNI AU, khususnya untuk misi Ops Dukud pesawat angkut sedang.
Pesawat ini mampu take off landing di unprepared surface dan di landasan pacu yang relatif pendek, dengan tetap berkemampuan membawa maximum load yang besar. Kemampuan ini cocok dengan kebutuhan misi TNI AU saat ini, dimana tugas-tugas Skadron Udara 4 sering ditujukan untuk misi pergeseran personel dan logistik ke daerah-daerah yang tidak memiliki tempat pendaratan pesawat dengan kontur yang khusus yang tidak mungkin didarati pesawat angkut berbadan lebar.
Rencana penggantian pesawat C-212 Cassa Aviocar TNI AU sudah melalui proses pengkajian oleh tim TNI AU, dan saat ini sedang dalam proses pengusulan ke Mabes TNI untuk selanjutnya akan dibahas dalam tim kecil di Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan Pemerintah. Pilihan pengganti C-212 Cassa Aviocar jatuh kepada pesawat buatan Italia C-27 J Spartan bukan berarti TNI AU tidak cinta produk dalam negeri. Sebenanya sudah sejak 2015 lalu TNI AU berharap kepada PTDI dapat memenuhi kebutuhan pesawat angkut sedang yang mampu menjawab tuntutan tugas Skadron Udara 4, tetapi dalam perkembangannya kurang mendapat respon yang proporsional dari industry pesawat terbang daam negeri. Padahal TNI AU perlu segera mendapat pengganti C-212 Cassa Aviocar karena tuntutan tugas yang demikian tinggi, maka pilihan pun jatuh kepada produk Italia.
Adapun perbandingan kemampuan antara pesawat C-27J Spartan, CN-235 dan C-295 adalah sebagai berikut:
Spesifikasi
|
C-27J
Spartan
|
CN-235
|
CN-295
|
Dimensi
- Wing Span
- Panjang
- Height
- Wing Area
- Panjang Ramp Door
- Tinggi Cargo
- Lebar Cargo
|
28,7 m
22,70 m
9,64 m
82,00 m²
3,04 m
2,60 m
3,30 m
|
24,50 m
21,84 m
8,18 m
59,1 m
3,04 m
1,840 m
2,7 m
|
25,81 m
24,44 m
8,60 m
60,00 m²
3,04 m
1,9 m
2,7 m
|
Berat
- Empty
Weight
- Normal Take-off weight
- Max take-off weight
- Inboard Tank fuel cap.
- Outboard
Tank fuel cap
|
17.000 kg
27.500 kg
30.500 kg
6.720 liter
5.600 liter
|
9.800 kg
16.000 kg
15.400 kg
2.040 liter
3.180
liter
|
11.000 kg
21.000 kg
23.200 kg
3.140 liter
4.560 liter
|
Performance
- Max
load factor
- Max cruising speed
- Normal cruising speed
- Service ceiling
- Range with full Pay load
- Endurance Ferry Flight
- Stall speed (Dirty)
- Landing Run
- Take
Off Run
- Payload
|
-1g s.d +3g
325 Kts
270 Kts
30.000 ft
550 nm
9,5
hours
80 to 90 kts
340 m
580 m
11.500 kg
|
-1g s.d +3g
180 Kts
210 Kts
30.000 ft
1890 nm
9 hours
84 kts
800 m
950 m
4.640 kg
|
-1g s.d +3g
260 Kts
215 Kts
25.000 ft
690 nm
9
hours
100 kts
320 m
670 m
9.250 kg
|
Dari data perbandingan dapat terlihat bahwa kemampuan pesawat C-27J Spartan sebagai alternatif pengganti pesawat C-212 Aviocar memiliki beberapa keunggulan antara lain:
a. Take off run relatif pendek (580 m), sehingga dapat melaksanakan take off di landasan-landasan yang selama ini dapat didarati pesawat C-212 Aviocar dengan maximum load.
b. Landing run relatif pendek (340 m) sehingga dapat mendarat di landasan-landasan yang selama ini dapat didarati pesawat C-212 Aviocar dengan maximum load.
c. Memiliki maximum pay load yang tinggi (11.500 kg), sehingga menguntungkan dalam operasi angkutan udara.
d. Memiliki ramp door sehingga memudahkan dalam loading/unloading barang dan paratroops, dropping cargo/helly box evakuasi medis serta dan memiliki kemampuan CDS dan LAPES.
e. Memiliki cabin pressurised, sehingga dapat terbang tinggi di daerah pegunungan terutama di perbatasan RI-PNG di Papua dan RI-Malaysia di utara Kalimantan.
f. Pesawat ini memiliki daya angkut relatif besar, sehingga dinilai mampu untuk menggantikan pesawat yang dioperasikan saat ini. (Mabesau/Dn)
a. Take off run relatif pendek (580 m), sehingga dapat melaksanakan take off di landasan-landasan yang selama ini dapat didarati pesawat C-212 Aviocar dengan maximum load.
b. Landing run relatif pendek (340 m) sehingga dapat mendarat di landasan-landasan yang selama ini dapat didarati pesawat C-212 Aviocar dengan maximum load.
c. Memiliki maximum pay load yang tinggi (11.500 kg), sehingga menguntungkan dalam operasi angkutan udara.
d. Memiliki ramp door sehingga memudahkan dalam loading/unloading barang dan paratroops, dropping cargo/helly box evakuasi medis serta dan memiliki kemampuan CDS dan LAPES.
e. Memiliki cabin pressurised, sehingga dapat terbang tinggi di daerah pegunungan terutama di perbatasan RI-PNG di Papua dan RI-Malaysia di utara Kalimantan.
f. Pesawat ini memiliki daya angkut relatif besar, sehingga dinilai mampu untuk menggantikan pesawat yang dioperasikan saat ini. (Mabesau/Dn)