Sinergi Global Selamatkan Harimau Sumatera dari Kepunahan
https://www.jakartaforum.web.id/2017/02/sinergi-global-selamatkan-harimau.html
Jakarta -Sinergi Global Selamatkan Harimau Sumatera dari Kepunahan. Satu satunya harimau yang tersisa di Indonesia adalah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Ini terjadi setelah punahnya harimau jawa (P. t. sondaica) dan harimau ba|i(P. t. balica) di tahun 1980-an dan 1940-an. Data paling umum digunakan sebagai perkiraan jumlah harimau sumatera saat ini adalah sekitar 400-500 harimau, data ini sesuai dengan dokumen Sumatran Tiger Action Plan tahun 1994.
Dari pendapat para ahli, saat ini terdapat 23 bentang alam yang tersisa yang masih memiliki harimau di alam, membentang dari utara hingga selatan Pulau Sumatera. Apablia dibandingkan dengan 10 tahun yang Iaiu, dimana bentang alam yang masih dihuni harimau ada pada 29 Iokasi, terdapat penurunan yang cukup signifikan. Sehingga apabila tidak dilakukan antisipasi yang serius, dikuatirkan Indonesia bisa kehilangan semua jenis harimau di alamnya.
Dari pendapat para ahli, saat ini terdapat 23 bentang alam yang tersisa yang masih memiliki harimau di alam, membentang dari utara hingga selatan Pulau Sumatera. Apablia dibandingkan dengan 10 tahun yang Iaiu, dimana bentang alam yang masih dihuni harimau ada pada 29 Iokasi, terdapat penurunan yang cukup signifikan. Sehingga apabila tidak dilakukan antisipasi yang serius, dikuatirkan Indonesia bisa kehilangan semua jenis harimau di alamnya.
Selama Iebih dari dua dekade, laju kehilangan luas hutan pertahun di Sumatera mencapai 2% dari total luas kawasan hutan negara. Tutupan hutan, baik primer maupun sekunder telah menyempit dari 25,3 juta hektar di tahun 1985 menjadi 12,8 juta hektar di tahun 2009. Khusus untuk hutan primer, diketahui sejumlah 2,9 juta hektar telah terbuka pada selang tahun 2000 dan 2012. Kehilangan terbesar berada pada hutan Iahan basah primer, sebesar 1.5 juta, dan hutan primer dataran rendah sebesar 1,2 juta hektar
Kendala utama dalam konservasi sumberdaya alam di Sumatera adalah Iemahnya tata kelola pengelolaan sumber daya aiam dan kapasitas pengelolaan kawasan konservasi, buruknya koordinasi lintas sektor, serta tidak memadainya pengelolaan dan pendanaan bagi kawasan konservasi.
Untuk memperkuat pengelolaan kawasan konservasi dimaksud Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan United Nation Development Programme (UNDP) merancang dan melaksanakan proyek “Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Sumatran Priority Landscape” yang didukung oleh pendanaan hibah Global Environment Facility (GEF) seniiai USD 9 juta selama 5 tahun. Proyek akan diimplementasikan di kawasan konservasi yang merupakan Iandskap prioritas Sumatera yaitu TN Gunung Leuser, TN Kerinci Seblat, TN Berbak-Sembilang dan TN Bukit Barisan Selatan.
"Tujuan proyek adalah meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di lanskap prioritas Sumatera melalui teknik terbaik pengelolaan kawasan konservasi dan kawasan non konservasi dengan pemulihan populasi Harimau Sumatera sebagai indikator."kata Ir. Heri Subagiadi, M.Sc Sekertaris Ditjen KSDAE Kementerian LHK saat membuka Kick off Meeting Proyek Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Sumatran Priority Landscape di Sentul Bogor, Jawa Barat, Senin (27/02).
"Kami targetkan dalam 5 tahun proyek ini akan menambah 10 persen jumlah populasi Harimau Sumatera."imbuhnya
Selain itu proyek ini diharapkan dapat: (1) memperkuat kapasitas pengelolaan kawasan konservasi secara adaptif pada tingkat pusat dan daerah; (2) meningkatkan koordinasi antar lembaga dalam upaya konservasi khususnya dalam isu perdagangan ilegal kehidupan-liar, pembangunan infrastrukur, perambahan kawasan konservasi dan mitigasi konflik manusia-satwa; (3) membangun skema pendanaan baru untuk mencukupi kebutuhan pendanaan dalam pengelolaan kawasan konservasi.
Proyek terdiri dari 3 komponen utama yaitu: (1) Peningkatan efektivitas institusi pengelola kawasan konservasi; (2) Pengembangan sistem koordinasi Iintas sektor pada lanskap prioritas; (3) Pembiayaan berkelanjutan untuk pengelolaan keanekaragaman hayati.
Proyek dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan penanggungjawab (Executing Agency) Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati. Pelaksanaan teknis pada level lanskap dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian LHK (TN Gunung Leuser, TN Kerinci Seblat, TN Berbak-Sembilang,TN Bukit Barisan Selatan) dan Non Government Organization/NG0 (Flora Fauna International /FFI, Wildlife Conservation Society/WCS, Zoological Society London/ZSL, Forum Harimau Kita/FHK).
Kegiatan proyek tidak hanya akan berfokus pada isu teknis tetapi juga pada isu sosial masyarakat, yaitu peningkatan kapasitas masyarakat sekitar kawasan melalui upaya penyadartahuan konservasi, pendapatan ekonomi alternatif (penguatan Hutan Desa sebagai carbon-pool), dan penguatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi berbasis pengarusutamaan gender.
Kendala utama dalam konservasi sumberdaya alam di Sumatera adalah Iemahnya tata kelola pengelolaan sumber daya aiam dan kapasitas pengelolaan kawasan konservasi, buruknya koordinasi lintas sektor, serta tidak memadainya pengelolaan dan pendanaan bagi kawasan konservasi.
Untuk memperkuat pengelolaan kawasan konservasi dimaksud Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan United Nation Development Programme (UNDP) merancang dan melaksanakan proyek “Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Sumatran Priority Landscape” yang didukung oleh pendanaan hibah Global Environment Facility (GEF) seniiai USD 9 juta selama 5 tahun. Proyek akan diimplementasikan di kawasan konservasi yang merupakan Iandskap prioritas Sumatera yaitu TN Gunung Leuser, TN Kerinci Seblat, TN Berbak-Sembilang dan TN Bukit Barisan Selatan.
"Tujuan proyek adalah meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di lanskap prioritas Sumatera melalui teknik terbaik pengelolaan kawasan konservasi dan kawasan non konservasi dengan pemulihan populasi Harimau Sumatera sebagai indikator."kata Ir. Heri Subagiadi, M.Sc Sekertaris Ditjen KSDAE Kementerian LHK saat membuka Kick off Meeting Proyek Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Sumatran Priority Landscape di Sentul Bogor, Jawa Barat, Senin (27/02).
"Kami targetkan dalam 5 tahun proyek ini akan menambah 10 persen jumlah populasi Harimau Sumatera."imbuhnya
Selain itu proyek ini diharapkan dapat: (1) memperkuat kapasitas pengelolaan kawasan konservasi secara adaptif pada tingkat pusat dan daerah; (2) meningkatkan koordinasi antar lembaga dalam upaya konservasi khususnya dalam isu perdagangan ilegal kehidupan-liar, pembangunan infrastrukur, perambahan kawasan konservasi dan mitigasi konflik manusia-satwa; (3) membangun skema pendanaan baru untuk mencukupi kebutuhan pendanaan dalam pengelolaan kawasan konservasi.
Proyek terdiri dari 3 komponen utama yaitu: (1) Peningkatan efektivitas institusi pengelola kawasan konservasi; (2) Pengembangan sistem koordinasi Iintas sektor pada lanskap prioritas; (3) Pembiayaan berkelanjutan untuk pengelolaan keanekaragaman hayati.
Proyek dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan penanggungjawab (Executing Agency) Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati. Pelaksanaan teknis pada level lanskap dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian LHK (TN Gunung Leuser, TN Kerinci Seblat, TN Berbak-Sembilang,TN Bukit Barisan Selatan) dan Non Government Organization/NG0 (Flora Fauna International /FFI, Wildlife Conservation Society/WCS, Zoological Society London/ZSL, Forum Harimau Kita/FHK).
Kegiatan proyek tidak hanya akan berfokus pada isu teknis tetapi juga pada isu sosial masyarakat, yaitu peningkatan kapasitas masyarakat sekitar kawasan melalui upaya penyadartahuan konservasi, pendapatan ekonomi alternatif (penguatan Hutan Desa sebagai carbon-pool), dan penguatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi berbasis pengarusutamaan gender.