BANGUN SINERGI CEGAH BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR

Jakarta - BANGUN SINERGI CEGAH BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR. Bencana banjir atau tanah longsor yang terjadi di Indonesia belakangan ini disebabkan oleh dua faktor, faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang saat ini terjadi adalah masih luasnya lahan kritis.  Luas lahan kritis di Indonesia tahun 2016 masih seluas 24.303.294 Ha. Luas lahan kritis tersebut menurun dibandingkan tahun 2006 seluas 30.196.799 hektar. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Hilman Nugroho pada acara diskusi publik di Gedung Manggala Wanabakti Jakarta, Rabu 15 Maret 2017.

Lebih lanjut Hilman menuturkan bahwa tidak mungkin hanya Kementerian atau Pemerintah sendirian menangani permasalahan lahan kritis di Indonesia. "Semua pihak harus ikut terlibat dalam upaya pemulihan lahan kritis, mengingat Pemerintah melalui APBN hanya mampu melakukan rehabilitasi hutan seluas 500 ribu hektar per tahun. Kerja sama pemerintah dengan berbagai instansi BUMN, sektor swasta, serta masyarakat sangat diperlukan", ujar Hilman.


Hilman mengambil contoh bencana banjir yang melanda daerah aliran sungai Cimanuk Hulu beberapa waktu yang lalu. Hasil analisa penyebab kejadian banjir adalah curah hujan yang tinggi, yaitu 255mm per hari yang normalnya adalah kurang dari 100mm per hari dengan durasi selama 3 hari berturut-turut. Topografi yang berbukit disertai pemanfaatan lahan oleh manusia yang tidak memperhatikan kaidah konservasi turut mendukung terjadinya banjir. Perubahan kawasan hutan yang penuh dengan pepohonan menjadi area perkebunan minim pohon adalah salah satu contohnya.

Beberapa upaya yang telah dilakukan KLHK untuk mencegah bencana banjir dan longsor, antara lain yaitu melalui kegiatan penanaman pohon di daerah hulu, rehabilitasi hutan dan lahan, membuat bangunan konservasi tanah dan air seperti sumur resapan, Dam penahan, Gulli Plug, pengerukan sungai, dan mengubah budaya tani hortikultura ke tanaman kayu-kayuan.

Hal yang penting diperhatikan sebagai solusi pencegahan bencana adalah kerja sama dan pembagian peran antar instansi dan individu, peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. “Penyelesaian bencana lingkungan merupakan tanggung jawab bersama dan tidak dapat diselesaikan dalam semalam, memulai dari sekarang dengan hal kecil yang dapat dilakukan diri sendiri, merumuskan hal yang sederhana yang dapat dilakukan secara nyata.” Hilman menjelaskan.

Saat ini KLHK tengah menggiatkan kampanye tanam 25 pohon. Kampanye ini menganjurkan satu orang untuk menanam minimal 25 pohon selama hidupnya. Jika hal ini dilakukan 250 juta masyarakat Indonesia, maka permasalahan lahan kritis di Indonesia akan dapat terselesaikan dengan cepat. “Ada pohon ada air, ada air ada kehidupan, ada kehidupan ada kesejahteraan.”, tutup Hilman.

Related

Peristiwa 2425153781118849046
jasa-ekspedisi
Ajang Berita

Hubungi kami

Nama

Email *

Pesan *

Jumlah Pengunjung

item