Seni Bela Diri Betawi Beksi Akar Pinang Milad ke-2
https://www.jakartaforum.web.id/2017/05/seni-bela-diri-betawi-beksi-akar-pinang.html
Jakarta -Seni Bela Diri Betawi Beksi Akar Pinang Milad ke-2. Berbagai pagelaran seni Betawi digelar untuk meramaikan Milad Beksi Akar Pinang Yang merupakan Komunitas seni beladiri Akar Pinang yang ke 2 Sejabodetabek, dimulai sejak Pagi pukul 07.00 Dibuka dengan aksi Pawai Seni dan Budaya menyusuri Jalan Pondok Pinang pada (Minggu 14/5/2017)
Acara meriah yang dihadiri oleh Camat Kebayoran Lama, Lurah Pondok Pinang, Rw dan Rt kelurahan Pondok Pinang serta masyarakat sekitar serta para Tokoh Betawi ini digelar di Lapangan Pondok Indah, Ciputat Raya Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Acara pada siang hari hingga sore diramaikan dengan Bazar berupa stand Pakaian dan Aneka macam makananan, dan yang tidak kalah menarik adalah pertunjukan kesenian Gambang Kromong disertai atraksi beladiri Beksi dari masing-masing wilayah sejabodetabek
Acara meriah yang dihadiri oleh Camat Kebayoran Lama, Lurah Pondok Pinang, Rw dan Rt kelurahan Pondok Pinang serta masyarakat sekitar serta para Tokoh Betawi ini digelar di Lapangan Pondok Indah, Ciputat Raya Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Acara pada siang hari hingga sore diramaikan dengan Bazar berupa stand Pakaian dan Aneka macam makananan, dan yang tidak kalah menarik adalah pertunjukan kesenian Gambang Kromong disertai atraksi beladiri Beksi dari masing-masing wilayah sejabodetabek
Tujuan digelarnya Milad ke 2 seni beladiri Beksi ini "melestarikan segala bentuk Budaya Betawi yang semakin punah, sehingga semakin banyak generasi muda yang mengenal dan mencintai budaya Betawi". kata Sidik Faisal sebagai (Ketua panitia pelaksana)
Sejarah Pencak Silat BEKSI
Guru Besar Pertama Ilmu Seni Bela Diri BEKSI Lie Cheng Oek adalah seorang warga keturunan China yang tinggal di Kampung Dadap, Tangerang, Banten. Beliaulah yang pertama kalinya membawa Seni Ilmu bela diri BEKSI dari Tiongkok/China yang beraliran Shaolin Utara ke negeri Indonesia. Beliau diakui bersama sebagai Guru Besar yang pertama di Indonesia tepatnya di wilayah Tangerang dan Jakarta yang daerahnya dihuni oleh komunitas masyarakat etnis Betawi.
Salah satu keturunan beliau yang hingga kini masih mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI adalah Lie Gie Tong yang merupakan salah satu keturunan dari Lie Tong San (Anak Kandung Lie Ceng Oek). Lie Ceng Oek sendiri mempunyai beberapa murid yang belajar melalui beliau langsung dan menyebarkan Ilmu Bela Diri BEKSI ini, diantaranya adalah:
Ki Marhali,
H. Ghozali
H. Hasbullah.
Ketiga orang inilah yang diyakini dan diakui sebagai Pewaris Ilmu Bela Diri BEKSI yang diakui secara langsung oleh Lie Gie Tong (cucu dari Lie CengOek) karena ketiga orang inilah yang pernah dan langsung belajar dari Lie Ceng Oek juga mempelajari, memiliki serta menyebarkan jurus sebagaimana aslinya yang di dapat dari Lie Ceng Oek.
Guru Besar Pertama Ilmu Seni Bela Diri BEKSI Lie Cheng Oek adalah seorang warga keturunan China yang tinggal di Kampung Dadap, Tangerang, Banten. Beliaulah yang pertama kalinya membawa Seni Ilmu bela diri BEKSI dari Tiongkok/China yang beraliran Shaolin Utara ke negeri Indonesia. Beliau diakui bersama sebagai Guru Besar yang pertama di Indonesia tepatnya di wilayah Tangerang dan Jakarta yang daerahnya dihuni oleh komunitas masyarakat etnis Betawi.
Salah satu keturunan beliau yang hingga kini masih mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI adalah Lie Gie Tong yang merupakan salah satu keturunan dari Lie Tong San (Anak Kandung Lie Ceng Oek). Lie Ceng Oek sendiri mempunyai beberapa murid yang belajar melalui beliau langsung dan menyebarkan Ilmu Bela Diri BEKSI ini, diantaranya adalah:
Ki Marhali,
H. Ghozali
H. Hasbullah.
Ketiga orang inilah yang diyakini dan diakui sebagai Pewaris Ilmu Bela Diri BEKSI yang diakui secara langsung oleh Lie Gie Tong (cucu dari Lie CengOek) karena ketiga orang inilah yang pernah dan langsung belajar dari Lie Ceng Oek juga mempelajari, memiliki serta menyebarkan jurus sebagaimana aslinya yang di dapat dari Lie Ceng Oek.
Ki Marhali Murid dari Lie Cheng Oek
Dikisahkan dari perselisihan yang terjadi antara Lie Ceng Oek dengan orangtua dari Ki Marhali mengenai perebutan aliran air yang mengaliri sawah diarea pertanian yang mereka miliki. Perselisihan tersebut memicu hingga perkelahian diantara keduanya, dengan perjanjian jika salah satu diantara keduanya ada yang kalah, maka pihak yang kalah harus tunduk dan menimba Ilmu Bela Diri dari pihak yang menang.
Selanjutnya terjadilah perkelahian sengit antara Lie Ceng Oek dan orang tua Ki Marhali yang akhirnya perkelahian tersebut dimenangkan oleh pihak LieCeng Oek. Sebagaimana kesepakatan yang telah disetujui bersama, maka dengan demikian orang tua Ki Marhali harus tunduk dan menimba ilmu bela diri dari Lie Ceng Oek.
Selanjutnya terjadilah perkelahian sengit antara Lie Ceng Oek dan orang tua Ki Marhali yang akhirnya perkelahian tersebut dimenangkan oleh pihak LieCeng Oek. Sebagaimana kesepakatan yang telah disetujui bersama, maka dengan demikian orang tua Ki Marhali harus tunduk dan menimba ilmu bela diri dari Lie Ceng Oek.
Karena orang tua Ki Marhali sudah lanjut usia, maka sebagai gantinya ia mengirimkan Ki Marhali sebagai penggantinya untuk menimba ilmu bela diri dari Lie Ceng Oek. Hal tersebut disetujui oleh Lie Ceng Oek, maka diangkatlah Ki Marhali sebagai murid oleh Lie Ceng Oek menggantikan bapaknya yang lanjut usia.
Namun setelah berjalan waktu sekitar 6 bulan, Ki Marhali tidak pernah diajarkan satu jurus pun oleh Lie Ceng Oek, melainkan hanya disuruh mengambil air untuk mengairi area pertanian Lie Ceng Oek yang ditanami oleh kacang-kacangan dan lain-lain. Perihal tersebut disampaikan Ki Marhali kepada orangtuanya. Selanjutnya orang tua Ki Marhali menegur Lie Ceng Oek tentang hal tersebut. Lie Ceng Oek menjelaskan bahwasanya Ki Marhali dilatih demikian adalah bertujuan sebagai latihan fisik sebelum memasuki jurus.
Setelah mendapat penjelasan tersebut orang tua Ki Marhali mengerti. Dan selang beberapa bulan kemudian Ki Marhali baru ditempa dan diajarkan jurus-jurus Ilmu Seni Bela Diri BEKSI hingga selesai keseluruhannya. Dengan demikian, Ki Marhali adalah Penerus Ilmu Seni Bela Diri BEKSI pertama yang berasal dari warga Betawi. H. Ghozali Murid dari Ki Marhalib H.Ghozali adalah seorang warga betawi yang tinggal di daerah petukangan, beliau adalah seorang pemain rebana dan juga seorang jagoan silat.
Beliausering mengembara kemana saja, hingga pada suatu waktu beliau singgah ke daerah Dadap, Tangerang. Disanalah beliau pertama kalinya melihat latihan Pencak Silat BEKSI yang dipimpin oleh Ki Marhali. Kemudian H. Ghazali menemui Ki Marhali dengan tujuan mencoba ketangguhan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI,
Seandainya ia kalah nantinya ia bersedia dengan sukarela untuk belajar Ilmu Seni Bela Diri BEKSI tersebut. Namun dalam perkelahian tersebut H. Ghazali dapat dikalahkan oleh Ki Marhali. Dengan kekalahan tersebut, akhirnya H. Ghazali kembali ke Petukangan untuk memberitahukan kepada orang tuanya dan bermaksud meminta uang untuk mempelajari Ilmu seni beladiri Beksi, namun karena tidak memiliki uang maka H. Ghazali terpaksa harus menjual kuda kesayangannya untuk biaya beliau.(Fix)