KLHK Ungkap Potensi Tambang Emas dari Limbah Elektronik

Jakarta - KLHK Ungkap Potensi Tambang Emas dari Limbah Elektronik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan bahwa limbah elektronik mempunyai potensi sebagai sumber daya dan dapat berperan menjadi tambang di perkotaan (Urban Mining). Dari hasil kajian yang ada, diperkirakan dari 1 ton limbah elektronik peralatan telekomunikasi akan menghasilkan 1,44 kg emas dan perak.

Berdasarkan data International Journal of Environment Science and Development 2015, untuk jenis limbah handphone saja pada tahun 2015 mencapai 45,4 juta ton di seluruh dunia, namun baru dapat dikumpulkan 31,7 juta ton. Limbah elektronik dapat sebagai pendukung kegiatan pertambangan alami karena berpotensi pengambilan kembali logam-logam berharga dari limbahnya, dan dapat dijadikan kembali sebagai bahan baku.


Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, M.R. Karliansyah, saat membuka Indonesia Day – Workshop Pengelolaan Limbah Elektronik di Jakarta (02/10/2017) menyatakan potensi limbah elektronik di Indonesia sungguh luar biasa. “Indonesia dengan penduduk 230 juta jiwa, jika seorang dewasa masing-masing mempunyai 2 handphone, dapat diperkirakan berapa limbah elektronik yang dihasilkan setiap tahun”, ungkap Karliansyah. 

Di zaman yang sudah maju, peralataan elektronik menjadi kebutuhan pokok. Perkembangan teknologi yang sangat cepat, mendorong usia pemakaian barang elektronik relatif singkat. Ini menjadi pemicu meningkatnya jumlah limbah. 

Berdasarkan data survei awal tentang pola limbah di Indonesia, ditemukan bahwa belum dilakukan pemilahan antara sampah/limbah elektronik dengan limbah lainnya. Pengolahan selama ini hanya dengan mengambil komponen yang masih berharga selanjutnya dikubur.

“Diperlukan pengelolaan limbah elektronik yang berwawasan lingkungan termasuk mengembangkan sistem pengumpulan dan pengangkutannya, sistem insentif dalam pelaksanaan trade in, mekanisme Extended Producer Responsibility (EPR) yang tepat, dan pengembangan pengelola akhir formal”, jelas Karliansyah. 

Beberapa negara telah berinisiatif mengangkat isu limbah elektronik dan menjalin kerjasama antar negara dan bertukar pengalaman dalam pengelolaannya. Salah satu kerjasamanya adalah International E-Waste Management Networking (IEMN). 

Indonesia diminta menjadi tuan rumah pertemuan IEMN ketujuh. Pertemuan yang berlangsung dari tanggal 3 – 6 Oktober 2017 di Jakarta, diikuti oleh 14 negara yaitu: Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Chili, Filipina, Jerman, Kambodia, Mesir, Malaysia, Meksiko, Thailand, Taiwan, dan Indonesia.

IEMN 2017 mengusung tema “Talking the next step in E-Waste Management” yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara pemerintah, swasta dan media dibawah koordinasi pemerintah dalam mengidentifikasi mekanisme kerjasama yang tepat untuk mengelola limbah elektronik termasuk mengembangkan metode sosialisasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak limbah elektronik dan bagaimana melakukan pengelolaannya mulai dari cara pengumpulannya. 

Related

Peristiwa 5443449443687265967
jasa-ekspedisi
Ajang Berita

Hubungi kami

Nama

Email *

Pesan *

Jumlah Pengunjung

item