MPR Gelar Sosialisasi Empat Pilar di STFI Sadra Jakarta
https://www.jakartaforum.web.id/2018/05/mpr-gelar-sosialisasi-empat-pilar-di.html
Jakarta - MPR Gelar Sosialisasi Empat Pilar di STFI Sadra Jakarta. Anggota DPR RI Prof. Dr. Bachtiar Aly prihatin dengan pergolakan politik menjelang pemilihan presiden tahun 2019.
Alih-alih mengeratkan persatuan, umat Islam yang merupakan mayoritas ternyata hanyut dalam politik pecah belah yang didasari kepentingan.
"Problem yang memprihatinkan adalah justru dalam umat Islam ini terjadi faksi-faksi. Faksi itu boleh secara internal, namun ketika itu sudah dieksploitasi untuk kepentingan politik, ya prihatin aja kita,” ujar Bachtiar Aly ditemui Jakartaforum pada acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra, Jakarta, Senin (7/5/2018).
Didepan 200 peserta, Wakil Ketua Badan Sosialisasi Pilar MPR Bachtiar Aly bahkan menyayangkan kondisi ini makin diperparah dengan munculnya beragam opini dari berbagai pihak yang menurutnya tak memiliki kualifikasi memadai. Dan akibatnya, masyarakat memperoleh informasi yang tidak utuh dan menyesatkan.
“Republik kita ini jadi kacau balau. Banyak orang yang bicara itu tidak kompeten, bukan bidangnya. Pokoknya bicara aja. Efeknya bagaimana kumaha engke (terserah nanti - red),” ujar Bachtiar selaku anggota DPR RI Dapil Aceh I.
Oleh karena itu, pakar komunikasi asal Universitas Padjajaran itu mengimbau umat Islam supaya menyudahi segala jenis perdebatan yang memicu konflik horizontal. Seperti misalnya NU kontra Muhammadiyah, atau Sunni versus Syiah.
“Islam itu rahmatan lil ‘alamin maka konsep-konsepnya itu harus sudah bersifat universal, dan kita harusnya tenang-tenang saja dalam menghadapi perbedaan itu,” jelas Bachtiar yang pernah menjabat Dubes Indonesia untuk Mesir.
Ia juga menegaskan nilai-nilai Pancasila bersifat universal. Karena itu, masalah Pancasila sebagai idiologi sudah final.
Menurutnya, upaya mengubah Pancasila sebagai idiologi negara oleh kelompok tertentu dinilai ahistoris. Sebab dalam sejarah, rumusan Pancasila sebagai idiologi Pancasila juga melibatkan tokoh-tokoh ulama, di samping mendiskusikannya dengan tokoh nasionalis lain.
“Karenanya, memahami Pancasila sebagai ideologi negara, di samping UUD 1945 sebagai konstitusi, Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan dan NKRI sebagai bentuk negara, memerlukan pengetahuan dan informasi yang utuh, tidak parsial,” papar Bachtiar Aly.
Sementara itu, Ketua STFI Sadra Dr. Khalid al-Walid menyampaikan, akar persoalan yang terjadi di tubuh umat Islam dewasa ini ialah pemahaman keagamaan yang tidak memadai. Dengan demikian, ketika dihadapkan pada teks-teks suci, akan terjadi penafsiran rigit dan menganggap penafsiran tertentu sebagai penafsiran yang paling absah, sedangkan lainnya salah.
Perbedaan dalam keberagaman, menurut Khalid, merupakan khazanah kekayaan intelektual yang seharusnya dapat semakin memperkaya dan menghasilkan pemikiran mendalam dalam agama Islam.
“Ulama kita terdahulu adalah ulama yang biasa berdialog dengan keragaman sehingga menghasilkan kekayaan wawasan yang luar biasa,” tutur Khalid. @Rudi